ARSITEKTUR ONLINE

ARSITEKTUR ONLINE

JASA DISAIN ARSITEKTUR


Cari Arsitek disini tempatnya...........

Arsitektur Online adalah penyedia jasa arsitek yang dilakukan secara online dimana berfokus pada keperluan desain arsitektur. Mulai data dari owner di kirim via email terus komunikasi penyajian desain juga via email sampai penyajian terakhir bisa dikirim via pos. Dengan keberadaan online internet kita bisa menjangkau ke seluruh pelosok nusantara bahkan dunia untuk memenuhi kebutuhan desain arsitektur dengan mudahnya untuk itu www.onarsitek.com berdiri.

Desain Arsitektur

Kebutuhan desain arsitektur baik keperluan eksterior maupun interior mulai dari rumah tinggal, kantor, ruko ( rumah toko ), villa, gudang, hotel, mall, apartemen, tempat ibadah, dll tergantung permintaan owner.

Desain Rumah

Didalam proses pelaksanaan suatu rumah tinggal perlu adanya desain yang dapat dijadikan acuan / pegangan supaya lebih memudahkan didalam pengerjaan proyek rumah tinggal untuk itu desain rumah mutlak adanya apalagi rumah mewah yang banyak sekali memerlukan suatu apresiasi didalam proses menuangkan ide-idenya.

Produk Arsitektur

Untuk mencukupi keperluan didalam suatu proyek maka dibutuhkan gambar konsep, gambar penyajian, gambar kerja khususnya arsitektur untuk itu onarsitek berusaha untuk memenuhi kebetuhan tersebut.

Penyajian Arsitektur

Didalam penyampaian kepada konsumen perlu adanya suatu hal yang dapat memperjelas pengertian terhadap owner untuk itu diperlukan penyajian arsitektur yang mudah pengplikasiannya, maka perlu suatu produk digital yang dapat membantu untuk membuka pandangan masyarakat awam

Seluruh Indonesia

Untuk sementara waktu ini onarsitek hanya bisa melayani customer seluruh Indonesia, tetapi untuk jangka panjang tidak menutup kemungkinan bisa seluruh dunia.

ORDER DESAIN

Rabu, 08 Desember 2010

Kenali Dapur Sebelum Membangun

Kenali Dapur Sebelum Membangun
Tak kenal maka tak sayang… Begitulah kata pepatah. Oleh karena itu, sebelum membangun dapur, perlu dikenal terlebih dahulu tentang bagian-bagian ruang dapur. Ruang dapur masa kini memiliki banyak variasi. Baik dari segi bentuk maupun fungsi. Dengan pengenalan yang baik sebelumnya, anda tidak akan sulit untuk menentukan pilihan terbaik bagi dapur Anda.

A. Jenis Dapur
Dapur dapat dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu dapur basah dan dapur kering.

1. Dapur Basah

Dapur basah merupakan jenis dapur yang difungsikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan memasak dan mencuci, termasuk juga kegiatan menghangatkan makanan dan minuman sebbelum dihidangkan

Dapur basah biasanya memiliki kitchen equpment yang komplit. mulai dari table top sebagai meja kerja, lemari kabinet sebagai tempat menyimpanan, sink, dan kompor. pada beberapa dapur bahkan dilengkapi pula dengan island, cookerhood, dan kulkas.

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam perancangan dapur basah. yaitu fisik bangunan. plumping, dan penghawaan. hal ini berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang terjadi pada dapur basah.
2. Dapur Kering (pantri)

Dapur kering biasanya hanya digunakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas pengolahan makanan dan minuman yang praktis dan mudah disajikan, seperti menyiapkan roti dan susu untuk sarapan pagi. Bagi keluarga modern, dapur kering juga berfungsi sebagai tempat berkumpul anggota keluarga, sambil menikamti hidangan kecil dan bercengkrama.

Dapur kering disebut juga dengan istilah Pantri. Keberadaan dapur kering atau pantri dapat mempermanis serta menambah nilai estetika interior rumah. Yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dapur kering adalah penentuan ukuran ruang dapur yang efisien agar sirkulasi aktivitas dapur basah dan dapur kering dapat berjalan lancar.

Dapur Basah - memiliki kitchen equipment yang komplit


Dapur kering - Lokasi dapat dipadukan dengan dapur basah
B. Letak Dapur

Dahulu dapur selalu identik dengan “ruang belakang”. Sebagai bagian dari ruang servis, dapur pun selalu diletakkan di bagian belakang rumah. Namun, di era modern ini, dapur tak lagi harus berada di belakang rumah. Dapur juga bisa diletakkan di bagian depan rumah. Hal ini terkait dengan makin sempitnya luasan lahan, semakin banyaknya bangunan rumah yang dimiliki oleh setiap orang khususnya perkotaan, serta beberapa alasan lain, seperti keamanan ataupun kemudahan akses.

1. Dapur di bagian depan rumah

Posisi ruang dapur di bagian depan rumah berhubungan langsung dengan ruang luar dan ruang dalam. Dengan ruang luar, ruang dapur bisa berhubungan dengan taman di depan rumah, ruang teras atau garasi/carport. Sementara dengan ruang dalam, ruang dapur berhubungan langsung dengan ruang tamu, ruang makan atau ruang keluarga.

Penempatan dapur di bagian depan rumah memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan yang paling menonjol adalah kemudahan akses servis keluar masuk rumah. Akses ini biasanya digunakan untuk keluar masuk pembantu atau akses untuk memasukkan bahan-bahan logistik rumah tangga tanpa harus melewati ruang-ruang publik, seperti tuang tamu atau ruang keluarga.

Jika dilihat dari segi keamanan rumah, dapur di bagian depan juga memiliki kelebihan dalam hal memudahkan pengawasan. Pada pagi hingga sore hari, ketika para suami dan anak-anak sedang bekerja dan sekolah, ibu-ibu rumah tangga ataupun pembantu rumah tangga lebih banyak menghabiskan waktunya di dapur untuk melakukan aktifitas memasak. Jika dapur terletak di bagian belakang rumah, pengawasan terhadap keamanan dari depan rumah agak terabaikan sehingga khawatir akan rentan teradi tindak kejahatan, seperti pencurian.

Kelebihan lain dari dapur yang diletakkan di bagian depan rumah adalah kemudahan dalam pembuangan air kotor karena kedekatan jarak dengan drainase jalan (riol kota) yang berada di depan rumah.

sementara itu, dapur di bagian depan bisa menjadi view yang kurang menarik apabila aktivitas dapur terlihat dari ruang-ruang publik seperti ruang tamu ataupun ruang keluarga. Oleh karena itu, solusi yang dapat dilakukan antara lain dengan membuat sekat antara ruang dapur dengan ruang-ruang publik tersebut.
DAPUR DI BAGIAN DEPAN RUMAH

* Kelebihan :

1. Kemudahan akses servis
2. Kemudahan dalam pengawasan keamanan rumah.
3. Kemudahan dalam pembuangan air kotor
4. Lebih hemat listrik

* Kekurangan :

bisa menimbulkan view yang kurang menarik dari ruang publik sehingga diperlukan siasat desain yang tepat.

Penempatan Dapur di Bagian Tengah Rumah

Penempatan Dapur di Bagian Tengah Rumah

Seperti pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas pembuatan dapur di bagian depan rumah termasuk kelebihan dan kekurangannya. Pada artikel kali ini kita akan membahas pembuatan dapur di bagian tengah rumah, dimana banyak bagian-bagian yang harus menjadi pertimbangan.

DAPUR DI BAGIAN TENGAH

Dapur bisa bisa di letakkan di bagian tengah rumah. Ada dua tipikal dapur di tengah rumah, yaitu dapur yang memiliki akses bukaan serta dapur yang tidak memiliki akses bukaan. Dapur yang memiliki akses bukaan adalah dapur yang berhubungan langsung dengan ruang terbuka di tengah-tengah bangunan. Dapur seperti ini lebih fleksibel karena bisa dibuat dapur kering maupun dapur basah. Sementara dapur yang tidak memiliki akses bukaan adalah dapur yang berhubungan langsung dengan ruang terbuka. Posisi dapur ini benar-benar terletak diantara ruang-ruang interiopr yang lain.

Kelemahan dapur di tengah rumah adalah dulitnya memperoleh penghawaan dan pencahayaan alami. Oleh karena itu dapur seperti ini lebih cocok dibuat model dapur kering (pantri). Namun jika ingin menghadirkan dapur basah, sistem penghawaan ruang harus benar-benar direncanakan dengan matang (dengan penempatan cookerhood atau exhaust fan) agar asap dan bau tak sedap yang timbul dari proses memasak dapat terbuang ke luar dan tidak menyebar ke ruang lain.

Gambar 1. Dapur tengah (a.) tanpa sirkulasi dan (b). dengan sirkulasi

Pencahayaan untuk dapur tengah bangunan. Khususnya yang tidak memiliki akses ke ruang terbuka, juga harus diperhatikan. Jika ingin menggunakan pencahayaan alami maka sebaiknya gunakan konsep indirect lighting untuk pencahayaan horisontal maupun skylighting untuk pencahayaan vertikal. Untuk konsep indirect lighting, ruang dapur memperoleh cahaya alami melalui pantulan cahaya dari ruang-ruang lain yang banyak mendapatkan cahaya alami. Oleh karena itu, sebaiknya berikan bukaan pada ruang dapur ke arah ruang yang banyak raihan cahaya tersebut. Cara lain adalah pencahayaan vertikal dengan skylighting atau pembuatan bukaan cahaya di atap dengan memasang genteng kaca ataupun material transparan lainnya pada beberapa bagian atap ruang dapur.

Jika cahaya alami dirasa kurang cukup, tambahan cahaya buatan pun bisa dihadirkan. Penerangan utama dipasang di atas plafond agar cahaya yang dipancarkan dapat menyebar ke seluruh sudut ruang dapur secara maksimal. Sementara penerangan tambahan dapat di pasang di lemari kabinet dengan penempatan-penempatan tersembunyi sehingga menciptakan nuansa ruang dapur yang dramatis dan elegan.

DAPUR DI BAGIAN TENGAN RUMAH

* Jika memiliki akses bukaan ke luar maka bisa dibuat kombinasi dapur basah dan dapur kering
* Jika tidak memiliki akses bukaan ke luar maka sebaik nya di buat dapur kering saja. Jika ingin membuat dapur basah maka sistem penghawaan alternatif harus di rancang dengan matang.
* Jika ruang dapur sulit mendapatkan cahaya alami secara langsungm siasati dengan menggunakan skylighting atau indirect lighting.
* Jika pencahayaan alami dirasa kurang, bisa ditambahkan cahaya buatan seperti lampu, gunakan lampu yang hemat energi agar lebih efisien.
* Segera matikan lampu dapur setelah selesai beraktivitas agar lebih hemat penggunaan energi listrik

Dapur di Bagian Belakang Rumah

Dapur di Bagian Belakang Rumah

Bagian belakang rumah merupakan lokasi yang sering digunakan untuk meletakkan ruang dapur. Ruang dapur di bagian belakang rumah cukup menguntungkan dari segi view karena posisinya yang lebih tersembunyi sehingga kegiatan memasak, khususnya pada dapur basah, tidak begitu terlihar dari ruang-ruang lain.

Dapur di bagian belakang rumah sebaiknya berhubungan langsung dengan ruang terbuka sehingga pencahayaan dan penghawaan alami dapat berlangsung lebih optimal. Namun, karena keterbatasan lahan, sering kali bagian belakang tidak memiliki ruang terbuka. Jika kondisi ini terjadi, dapat dilakuka solusi seperti pada dapur di bagian tengah rumah, yaitu dengan pembuatan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan.

Sementara itu, kelemahan lain dari dapur yang terletak di bagian belakang rumah adalah akses yang cukup jauh dari depan rumah, terutama untuk akses servis. Selain itum akses servis jugaterkadang harus melewati ruang-ruang lain sehingga secara view cukup mengganggu, terlebih jika sedang ada tamu. Oleh karena itu, perlu dibuat akses khusus dari depan rumah menuju ruang servis yang di buat di samping rumah.


Dapur di bagian belakang :
Kelebihan :

1. Memiliki posisi yang baik sebagai ruang servis karena tersembunyi dan tidak terlihar dari ruang-ruang publik
2. Memiliki penghawaan dan pencahayaan ruang yang bagus jika berhubungan langsung dengan ruang terbuka (halaman belakang)


Kelebihan

1. Ada kemungkinan dapur bagian belakang tidak berhubungan langsung dengan ruang terbuka sehingga mengalami kesulitan dalam hal penghawaan dan pencahayaan, jika terjadi hal ini, lakukan langkah-langkah seperti pada kasus dapur di bagian tengah rumah.
2. Akses servis keluar masuk rumah terlalu jauh. Ada kemungkinan akses servis harus melewati ruang-ruang publik sehingga cukup mengganggu. Siasati hal ini dengan membuat akses khusus untuk servis yang bisa dibuat di samping rumah.

Jumat, 05 November 2010

Precedent as One of the Channels of Creativity

Precedent as One of the Channels of Creativity

Case Study: Tadao Ando on Japanese Pavilion for Seville World Exhibition 1992

precedent-1.jpg



Peradaban masa lalu telah mewariskan banyak sekali karya arsitektur yang memiliki tingkat estetika dan kandungan makna yang tinggi. Karya-karya arsitektur di masa lalu itu tentu saja bukan sekedar pelengkap bagi kekayaan sejarah peradaban dunia. Dalam konteks kiwari, karya-karya arsitektur di masa lalu itu dapat dijadikan sebagai preseden atau contoh yang dijadikan teladan, bagi perancangan obyek-obyek arsitektur di masa kini dan masa depan.

Para arsitek dapat mengambil manfaat yang besar dari pengetahuan mereka akan karya-karya arsitektur terdahulu. Karya arsitektur masa lalu merupakan bahan referensi yang sangat kaya untuk mengembangkan kemampuan para arsitek dalam merancang. Karenanya, preseden-preseden arsitektur yang ada telah dimanfaatkan oleh banyak arsitek dunia sebagai salah satu jalan untuk mengeksplorasi rancangan mereka.

Dalam usaha mempelajari preseden arsitektur yang telah ada, seorang arsitek harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam usaha peniruan bentuk semata. Untuk menghasilkan sebuah karya arsitektur dengan cara ini, seorang arsitek harus mempelajari sebuah preseden secara menyeluruh. Ia harus memiliki pengetahuan akan anatomi bangunan, struktur dan konstruksi, tata ruang, nilai-nilai yang dikandung, kondisi sosial budaya masyarakat, hingga sejarah yang melatarbelakangi keberadaan sebuah preseden. Hal ini dikarenakan, di dalam sebuah preseden selalu terkandung makna-makna tertentu. Makna-makna ini tidak dapat diterapkan begitu saja pada karya arsitektur baru, hanya dengan meniru bentuk fisik semata dari presedennya. Preseden pada dasarnya tidak berfungsi sebagai ”pemberi contoh bentuk” belaka. Prinsip-prinsip dan esensi yang terdapat di dalam preseden harus dapat dikembangkan oleh si arsitek. Dengan begitu, ia akan memperoleh sebuah rancangan baru yang dapat dengan tepat menerapkan prinsip dan esensi itu, sesuai dengan konteks waktu dan tempatnya masing-masing.

Dalam kajian tentang preseden sebagai salah satu saluran kreativitas ini, penulis mengupas salah satu karya arsitek Jepang, Tadao Ando, yaitu Japanese Pavilion for Seville World Exhibition of 1992. Sebagai obyek arsitektur yang menjadi representasi dari kebudayaan Jepang di dunia internasional, bangunan paviliun ini dirancang dengan studi dan pengetahuan yang mendalam mengenai arsitektur tradisional Jepang. Tadao Ando mengeksplorasi potensi-potensi arsitektur tradisional Jepang sebagai preseden bagi Japanese Pavilion ini. Walaupun begitu, bentuk-bentuk arsitektur tradisional Jepang tidak diterapkan mentah-mentah pada karya arsitekturnya ini. Sebaliknya, terdapat proses kreatif dalam mengolah prinsip-prinsip dasar dan citra yang dikandung oleh preseden. Prinsip dasar dan citra itu diolah kembali oleh Ando, sesuai dengan konteks waktu, tempat dan fungsi. Terdapat pula loncatan-loncatan kreativitas dalam pengolahan bentuk, sehingga karya arsitektur yang dihasilkan tidak menjadi peniruan semata dari bentuk-bentuk fisik yang telah ada pada presedennya. Sebagai arsitek yang benar-benar mengalami dan memahami esensi dan prinsip arsitektur tradisional Jepang, Ando dapat dengan tepat menerjemahkan prinsip dan esensi itu ke dalam bentuk-bentuk baru, tanpa menghilangkan nilai dan makna aslinya.

TINJAUAN UMUM ARSITEKTUR TRADISIONAL JEPANG

Prinsip-prinsip dasar yang dapat ditemui pada sebagian besar obyek arsitektur tradisional Jepang adalah keseimbangan, kesederhanaan dan kedekatan dengan alam. Ketiga prinsip dasar ini berasal dari sistem kepercayaan (beliefs) asli masyarakat Jepang, yaitu Shinto. Selain itu, berkembang pula agama Budha yang lebih menekankan pada siklus kehidupan manusia menuju kesucian. Prinsip-prinsip yang terdapat di dalam kedua sistem kepercayaan ini membawa pengaruh yang besar kepada kebudayaan dan arsitektur tradisional Jepang.

Arsitektur Jepang juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari arsitektur kuil yang telah berkembang di China. Pengaruh ini terutama tampak jelas pada arsitektur rumah tinggal dan istana kerajaan pada abad VIII (Egenter, 2006). Salah satu pengaruh yang diperoleh dari arsitektur China adalah penggunaan struktur kolom-balok tradisional dengan kayu sebagai bahan konstruksi utama. Walaupun demikian, arsitektur Jepang juga memperlihatkan perbedaan-perbedaan dengan arsitektur China dalam banyak aspek penting. Perancangan rumah tinggal di China didasarkan pada pertimbangan terhadap strata sosial ekonomi keluarga yang mendiaminya. Sebaliknya, arsitektur rumah tinggal di Jepang lebih banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip kedekatan dengan alam. Perbedaan prinsip dasar ini menghasilkan perbedaan pula pada citra arsitektur yang ditampilkan. Secara garis besar, arsitektur China menunjukkan kemewahan dan kerumitan desain, sedangkan arsitektur Jepang lebih menonjolkan kesederhanaan dan kesatuan hubungan dengan alam.

Ketiga prinsip arsitektur Jepang –keseimbangan, kesederhanaan dan kedekatan dengan alam- diterapkan dalam setiap aspek perancangan arsitektur Jepang secara terpadu. Keseimbangan dan kesederhanaan merupakan dua prinsip yang sangat erat berkaitan dengan prinsip kedekatan dengan alam. Pertimbangan-pertimbangan keseimbangan dan kesederhanaan yang nampak dalam setiap obyek arsitektur, selalu didasarkan pada pertimbangan akan kelangsungan lingkungan hidup yang melingkupinya. Salah satu contohnya adalah penggunaan material alam, yaitu kayu, jerami dan bambu, baik sebagai bahan struktur maupun bahan selubung bangunan.

Lebih jauh, hubungan dengan alam juga terlihat pada adanya hubungan yang mengalir antara ruang dalam dan ruang luar. Hubungan ini dihasilkan melalui bukaan-bukaan yang lebar pada dindingnya, juga oleh material dinding yang hanya berupa lembaran kertas yang disebut ”washi” dan partisi geser semi transparan, disebut ”shoji”. Aliran pemandangan yang masuk ke ruang dalam ini menghasilkan interaksi yang intensif antara manusia dengan alam, walaupun mereka sedang berada di dalam ruangan. Tidak seperti arsitektur Barat yang memandang dunia manusia dan lingkungan alam sebagai dua hal yang terpisah, masyarakat tradisional Jepang memandang keduanya sebagai sebuah kesatuan (Heneghan, 1996).

Selain itu, terdapat sebuah teknik untuk menghadirkan pemandangan dari alam ke dalam ruangan, atau ke dalam halaman rumah tinggal mereka. Teknik ini disebut ”shakkei” atau ”meminjam pemandangan”. Pemandangan alam di luar dibingkai dan dijadikan latar belakang yang dapat menambah nilai estetis taman di halaman rumah. Dengan demikian, pemandangan bukit dan pepohonan yang semula tidak memiliki hubungan apa-apa dengan taman, kemudian memiliki arti yang lebih dari semata-mata ruang negatif (Gunadi, 1983).



precedent-2-rumah-jepang.jpg

Berkaitan dengan citra bangunan yang dihasilkan dari pertimbangan-pertimbangan atas faktor iklim, geografis dan sebagainya, arsitektur Jepang memiliki karakteristik yang juga dimiliki oleh sebagian besar arsitektur di wilayah kepulauan (arsitektur nusantara). Pada arsitektur nusantara, ekspresi bentuk (formal expression) bangunan terletak pada pengolahan atap sebagai kepala bangunan. Masing-masing daerah memiliki bentuk atap yang berbeda dan menjadi identitas arsitektur itu sendiri. Hal ini juga dapat dilihat pada arsitektur Jepang. Citra yang terbentuk pada arsitektur Jepang adalah sebuah arsitektur yang didominasi oleh atap sebagai kepala bangunan. Bentuk atap dengan kemiringan yang besar, selain berfungsi untuk menghindari penumpukan salju dan mengalirkan air hujan, ternyata telah pula menjadi salah satu ciri khusus arsitekturnya.

Lebih lanjut, salah satu karakteristik yang dapat pula ditemui pada arsitektur Jepang adalah adanya suatu bentuk arsitektur gerbang kayu yang unik. Gerbang yang terdapat di pintu masuk wilayah kuil disebut sebagai ”torii”. Gerbang ini berfungsi sebagai penanda adanya batas luar dan dalam, publik dan privat, serta duniawi dan ukhrawi. Walaupun desainnya sangat sederhana, skala gerbang yang monumental melambangkan kewibawaan dan kebesaran.

precedent-3-torii.jpg

Ciri khas lain pada arsitektur Jepang adalah penggunaan elemen tangga sebagai pembatas antara dua wilayah yang memiliki perbedaan makna. Hal ini banyak ditemui pada arsitektur istana dan kuilnya. Keberadaan tangga, selain disebabkan topografi wilayah yang berkontur, juga disebabkan penataan massa yang menempatkan bangunan-bangunan yang suci di bagian topografi yang teratas.

Senada dengan desain gerbang, tangga-tangga pada kuil juga menampakkan kesederhanaan dan kedekatan dengan alam. Salah satunya contohnya adalah penggunaan bahan-bahan yang berasal dari alam. Hal ini menunjukkan, bahwa prinsip-prinsip dasar perancangan arsitektur tradisional Jepang melebur ke dalam setiap elemen arsitekturalnya. Kesatuan ini melahirkan citra yang utuh, sehingga dapat dikenali sejak pertama kali seseorang melihat dan mengapresiasinya. Prinsip-prinsip ini pulalah yang benar-benar dipahami dan diterapkan oleh Tadao Ando dalam perancangan paviliun yang mewakili citra kebudayaan bangsa Jepang di mata internasional ini.

TADAO ANDO DAN PANDANGANNYA TERHADAP ARSITEKTUR TRADISIONAL JEPANG

Sebagai seorang arsitek Jepang yang menghabiskan masa remajanya untuk mengamati dan mengapresiasi karya seni tukang kayu, serta mempelajari karya-karya arsitektur Jepang dengan melihat dan mengalaminya sendiri, Tadao Ando memiliki pemahaman yang mendalam mengenai prinsip-prinsip dasar arsitektur tradisional Jepang. Ia memiliki kepedulian yang besar terhadap interaksi yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya. Baginya, arsitektur merupakan perantara yang menghubungkan manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan lingkungan alamnya. Alam bukanlah sekedar pelengkap dalam desainnya, bukan pula elemen dekoratif, melainkan merupakan sebuah komponen utama (Heneghan, 1996: 13-15). Prinsip Ando ini lahir dari interaksi yang panjang dengan tradisi dan kebudayaan Jepang.

Lebih jauh, perkembangan pemikiran Ando mengenai prinsip ini sampai pula pada kesimpulan, bahwa seiring dengan berubahnya peradaban dan kebudayaan, terjadi pula perubahan di lingkungan alam. Karenanya, pada masa sekarang, hubungan antara manusia dan lingkungan alamnya juga mau tidak mau ikut berubah. Dalam berarsitektur, tujuan Ando bukanlah untuk berinteraksi dengan alam seperti apa adanya, melainkan lebih kepada mencoba mengubah makna lingkungan alam melalui arsitektur. Menurutnya, material-material arsitektur tidak terbatas pada kayu atau beton yang memiliki bentuk-bentuk terukur. Lebih dari itu, cahaya dan angin termasuk pula di dalamnya dan turut berpengaruh pada perasaan manusia. (Heneghan, 1996: 15). Karya-karyanya merupakan perpaduan antara massa-massa dan bidang-bidang yang sederhana dengan permainan cahaya dan elemen-elemen alam. Kesederhanaan bentuk arsitektural menurutnya merupakan salah satu pendekatan pada prinsip kesatuan dengan alam di atas. Kesederhanaan bentuk ini memungkinkan hubungan arsitektur dengan alam terjadi melalui transformasi yang dihasilkan oleh pengolahan cahaya dan bayangan, serta kombinasi dinding dan bukaan. Karenanya, alam benar-benar meresap dalam bentukan-bentukan arsitekturalnya dan membentuk dialog yang kontinu dengan manusia di dalamnya.

Dalam jurnalnya yang berjudul Tadao Ando’s Architecture in the Light of Japanese Aesthetics, Erzen menyatakan bahwa arsitektur Tadao Ando menyatukan kualitas-kualitas estetika tradisional dengan cara yang benar-benar baru dan mengagumkan, dan menuntun pada filosofi tempat dan waktu (philosophy of time and place) dan filosofi keberadaan (philosophy of being). Lebih jauh, ia mempertahankan kualitas-kualitas yang dianggap penting dalam arsitektur Jepang, dari sudut pandang nostalgia yang terbatas. Kualitas-kualitas itu menjadi penting disebabkan kemampuan Ando untuk menghadirkan kualitas archetypal universal yang dapat dirasakan dan dimengerti setiap orang (Erzen, 2004: 3).

Pengembangan konsep hubungan manusia dengan alam inilah yang menyebabkan karya-karya Ando yang mendapat inspirasi dari kebudayaan dan arsitektur tradisional Jepang tidak serta merta mengadopsi bentuk-bentuk yang telah ada sebelumnya. Bentuk, prinsip dan nilai yang dikandung oleh preseden bagi Ando berfungsi sebagai salah satu bahan baku yang harus dikembangkan sesuai dengan konteks tempat dan waktu. Japanese Pavilion for Expo ’92 di Seville, Spanyol merupakan salah satu gambaran dari perhatian Ando yang besar terhadap tradisi dan kebudayaan Jepang dan bagaimana pemahaman atasnya dapat dieksplorasi dan dikembangkan menjadi sebuah desain yang sesuai dengan perkembangan jaman tanpa kehilangan nilai dan makna aslinya.

PENGEMBANGAN CITRA ARSITEKTURAL PRESEDEN PADA OBYEK STUDI KASUS

Sebagai representasi kebudayaan dan tradisi bangsa Jepang, Japanese Pavilion for Expo ’92 dirancang agar para pengamat dapat dengan mudah mengenali dan mengapresiasi obyek arsitektural ini berdasarkan pengalaman visualnya masing-masing tentang arsitektur Jepang. Pertimbangan mengenai beragamnya referensi pengamat tentang arsitektur Jepang membawa Ando untuk mengambil bentuk-bentuk paling sederhana yang dapat merepsentasikan arsitektur Jepang secara tepat. Walaupun begitu, bentuk ini tidak diterapkan mentah-mentah pada bangunan, melainkan melalui suatu proses kreatif yang dipengaruhi pula oleh pandangan Ando terhadap prinsip-prinsip dasar arsitektur Jepang.

Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, ekspresi bentuk (formal expression) arsitektur Jepang didominasi oleh bentukan-bentukan atap yang khas. Kemiringan yang curam pada atap-atap rumah tinggal tradisional di pedesaan di Jepang menghasilkan ekspresi bentuk arsitektur secara keseluruhan yang didominasi oleh atap. Ekspresi bentuk ini ditangkap dan dikembangkan oleh Ando menjadi representasi bentuk arsitektur Jepang pada paviliun ini. Dapat kita lihat bahwa bentuk bangunan secara keseluruhan merupakan dinding yang melengkung dan menjulang ke atas. Bentukan dinding ini melahirkan citra atap arsitektur tradisional Jepang. Bentuk atap jerami yang sederhana ditransformasikan pada dinding dengan pengembangan dalam perletakan, sistem konstruksi dan penggunaan material yang berbeda, namun tetap merepresentasikan citra atap khas arsitektur tradisional Jepang. Di sini dapat kita amati adanya loncatan kreativitas arsitek dalam mengembangkan preseden menjadi bentuk-bentuk arsitektural baru dengan citra yang tetap mewakili preseden itu sendiri.

Selain itu, ekspresi bentuk arsitektur tradisional Jepang ini juga diperoleh dari diterapkannya teknik ”shakkei” atau ”meminjam pemandangan” pada bangunan. Paviliun ini dirancang dengan lubang besar di tengah-tengahnya, membagi bangunan menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh jalur sirkulasi utama yang membentang dari luar bangunan. Lubang dengan ukuran monumental yang dibingkai dengan dinding dan atap bangunan ini menyuguhkan pemandangan yang terbentang jauh di balik paviliun ini. Penerapan teknik ”shakkei” pada bangunan ini sekaligus berfungsi sebagai penyeimbang dari kesan massif yang dihasilkan oleh dinding yang ditutupi oleh lapisan-lapisan papan. Perletakannya di tengah-tengah bangunan memperkuat kesan keseimbangan yang dibentuk oleh bidang-bidang dinding di kedua sisinya. Dengan demikian, penerapan teknik ”shakkei” pada obyek arsitektural ini tidak semata-mata mengadopsi tradisi arsitektural, melainkan berdasarkan pada pertimbangan fungsi dan estetika secara keseluruhan.

precedent-4-shakkei.jpg

Jika kita amati lebih jauh, pada bangunan ini terpancar pula citra kewibawaan bangsa Jepang yang biasanya dapat kita lihat pada arsitektur istana dan bentengnya. Kesan ini diangkat oleh Ando dalam desainnya untuk menunjukkan kedudukan Jepang sebagai salah satu negara maju di dunia internasional. Citra kewibawaan ini ditampilkan melalui dimensi bangunan yang monumental dan desainnya yang semi-simetris. Selain itu, terdapat pula elemen tangga dan ”torii” pada arsitektur kuil Jepang yang biasa digunakan untuk memunculkan kesan suci, penting dan besar.

Pada paviliun ini, Ando mentransformasi tangga menjadi sebuah jembatan-tangga melengkung dengan ukuran yang monumental. Esensi yang ditangkap oleh Ando adalah kesan kewibawaan yang muncul sebenarnya disebabkan oleh adanya perbedaan elevasi. Perbedaan elevasilah yang menyebabkan manusia memandang sesuatu lebih tinggi, suci dan berwibawa. Lebih jauh, jembatan kayu ini juga merupakan simbol peralihan dari era tradisional menjadi era modern dalam peradaban Jepang, tanpa meninggalkan nilai-nilai positif yang dimilikinya.

Tidak seperti sebagian besar karya Ando yang lain, material yang digunakan pada bangunan ini didominasi oleh penggunaan kayu, baik sebagai bahan struktur maupun sebagai bahan selubung bangunan. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh pertimbangan akan struktur bangunan tradisional Jepang, yaitu struktur kolom dan balok, yang berasal dari karakteristik material pembentuknya, yaitu kayu (Norman, 1995: 62). Selain itu, bahan kayu merepresentasikan kedekatan dengan alam, karena bahan ini merupakan bahan yang berasal dari alam dan hanya mengalami sedikit perubahan dari karakter aslinya. Kayu bagi bangsa Jepang lebih dari sekedar material bangunan. Kayu memiliki nilai yang tinggi, terutama dalam hubungannya dengan alam dan dengan warna dan tekstur yang dimilikinya (Charleson, 2006: 1). Walaupun kayu bukanlah material favorit Ando dalam karya-karyanya, namun pengetahuan dan pemahamannya akan material ini yang diperoleh dari interaksi intensifnya dengan para pengrajin kayu tradisional Jepang membuatnya mampu menerapkan material ini secara tepat pada bangunan ini.

precedent-5-kayu.jpg

Pertimbangan lain dalam penggunaan material kayu dalam bangunan ini bisa jadi dikarenakan kesederhanaan dan kenetralan citra yang ditampilkannya sebagai permukaan dan sebagai bahan struktur, suatu sifat yang juga terdapat pada beton yang sering digunakan Ando. Kesederhanaan dan kenetralan ini memungkinkan Ando menampilkan permainan cahaya dan bayangan, serta kombinasi gelap dan terang, seperti karya-karya Ando lainnya. Cara ini menurutnya, merupakan suatu jalan bagi manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan alam yang melingkupi arsitektur. Manusia diajak untuk ikut merasakan perubahan-perubahan yang terjadi di alam dari waktu ke waktu, walaupun sedang berada di dalam ruang. Eksplorasi yang dilakukan Ando terhadap cahaya pada setiap karyanya, sesungguhnya merupakan pengembangan dari konsep unity atau kesatuan yang terdapat pada arsitektur tradisional Jepang. Telah diterangkan sebelumnya, bahwa berbeda dengan cara pandang Barat yang memandang entitas manusia dan alam sebagai dua hal yang terpisah, kebudayaan Jepang memandang manusia dan alam bukan sebagai dua hal yang terpisah, melainkan selalu berada dalam hubungan yang saling membutuhkan. Perubahan yang terjadi pada salah satunya akan menyebabkan pula perubahan pada yang lainnya. Hal ini pula yang menurut Ando menyebabkan hubungan antara keduanya menjadi dinamis.

precedent-6-cahaya.jpg



Dari penjelasan panjang di atas dapat kita simpulkan bahwa kreativitas Ando turut bermain dalam mengembangkan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh presedennya, untuk kemudian menghasilkan suatu kualitas baru dalam desainnya. Sesuai dengan tujuan perancangan paviliun ini, Ando berhasil menunjukkan kepada masyarakat internasional estetika tradisional Jepang dengan cara yang baru, sesuai dengan konteks waktu dan tempat.



DAFTAR PUSTAKA

Antoniades, Anthony C. 1990. Poetics of Architecture, Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold

Charleson, Andrew. 2006. Developments in Japanese Timber Architecture dalam Issue 4 Volume 6 11 NZ TIMBER DESIGN JOURNAL. http://www.timberdesign.org.nz/files/DevelopmentsInJapaneseTimber.PDF diakses tanggal 22 Oktober 2006.

Crowe, Norman. 1995. Nature and the Idea of a Man-Made World. Cambridge: The MIT Press

Egenter, Nold. 2006. The Japanese House. Or, Why the Western Architect Has Difficulties to Understand It. http://home.worldcom.ch/negenter/410JapHouseTxE1.html diakses tanggal 26 Oktober 2006.

Erzen, Jale Nejdet. 2004. Tadao Ando’s Architecture in the Light of Japanese Aesthetics dalam METU JFA 2004/1-2. http://www.jfa.arch.metu.edu.tr/archieve/0258-5316/2004/city21/sayi_1-2/67-80.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2006

Frampton, Kenneth. 1995. Thoughts on Tadao Ando dalam Proceedings At Award Ceremony At Versailles 1995. http://www.pritzkerprize.com/andocere.htm diakses tanggal 22 Oktober 2006.

Gunadi, Sugeng. 1983. Merancang Ruang Luar terjemahan dari Exterior Design in Architecture oleh Yoshinobu Ashihara. Surabaya: PT. Dian Surya

Heneghan, Tom. 1996. Architecture and Ethics dalam Tadao Ando, The Colours of Light. London: Phaidon Press Limited

http://en.wikipedia.org/wiki/Japanese_architecture diakses tanggal 26 Oktober 2006.

http://encyclopedia.farlex.com/Ando%2c+Tadao diakses tanggal 22 Oktober 2006.

Microsoft. 2005. Japanese Architecture. Microsoft® Encarta® Reference Library Premium 2005. ©1993-2004 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Precedent as One of the Channels of Creativity

Precedent as One of the Channels of Creativity

Case Study: Tadao Ando on Japanese Pavilion for Seville World Exhibition 1992

precedent-1.jpg



Peradaban masa lalu telah mewariskan banyak sekali karya arsitektur yang memiliki tingkat estetika dan kandungan makna yang tinggi. Karya-karya arsitektur di masa lalu itu tentu saja bukan sekedar pelengkap bagi kekayaan sejarah peradaban dunia. Dalam konteks kiwari, karya-karya arsitektur di masa lalu itu dapat dijadikan sebagai preseden atau contoh yang dijadikan teladan, bagi perancangan obyek-obyek arsitektur di masa kini dan masa depan.

Para arsitek dapat mengambil manfaat yang besar dari pengetahuan mereka akan karya-karya arsitektur terdahulu. Karya arsitektur masa lalu merupakan bahan referensi yang sangat kaya untuk mengembangkan kemampuan para arsitek dalam merancang. Karenanya, preseden-preseden arsitektur yang ada telah dimanfaatkan oleh banyak arsitek dunia sebagai salah satu jalan untuk mengeksplorasi rancangan mereka.

Dalam usaha mempelajari preseden arsitektur yang telah ada, seorang arsitek harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam usaha peniruan bentuk semata. Untuk menghasilkan sebuah karya arsitektur dengan cara ini, seorang arsitek harus mempelajari sebuah preseden secara menyeluruh. Ia harus memiliki pengetahuan akan anatomi bangunan, struktur dan konstruksi, tata ruang, nilai-nilai yang dikandung, kondisi sosial budaya masyarakat, hingga sejarah yang melatarbelakangi keberadaan sebuah preseden. Hal ini dikarenakan, di dalam sebuah preseden selalu terkandung makna-makna tertentu. Makna-makna ini tidak dapat diterapkan begitu saja pada karya arsitektur baru, hanya dengan meniru bentuk fisik semata dari presedennya. Preseden pada dasarnya tidak berfungsi sebagai ”pemberi contoh bentuk” belaka. Prinsip-prinsip dan esensi yang terdapat di dalam preseden harus dapat dikembangkan oleh si arsitek. Dengan begitu, ia akan memperoleh sebuah rancangan baru yang dapat dengan tepat menerapkan prinsip dan esensi itu, sesuai dengan konteks waktu dan tempatnya masing-masing.

Dalam kajian tentang preseden sebagai salah satu saluran kreativitas ini, penulis mengupas salah satu karya arsitek Jepang, Tadao Ando, yaitu Japanese Pavilion for Seville World Exhibition of 1992. Sebagai obyek arsitektur yang menjadi representasi dari kebudayaan Jepang di dunia internasional, bangunan paviliun ini dirancang dengan studi dan pengetahuan yang mendalam mengenai arsitektur tradisional Jepang. Tadao Ando mengeksplorasi potensi-potensi arsitektur tradisional Jepang sebagai preseden bagi Japanese Pavilion ini. Walaupun begitu, bentuk-bentuk arsitektur tradisional Jepang tidak diterapkan mentah-mentah pada karya arsitekturnya ini. Sebaliknya, terdapat proses kreatif dalam mengolah prinsip-prinsip dasar dan citra yang dikandung oleh preseden. Prinsip dasar dan citra itu diolah kembali oleh Ando, sesuai dengan konteks waktu, tempat dan fungsi. Terdapat pula loncatan-loncatan kreativitas dalam pengolahan bentuk, sehingga karya arsitektur yang dihasilkan tidak menjadi peniruan semata dari bentuk-bentuk fisik yang telah ada pada presedennya. Sebagai arsitek yang benar-benar mengalami dan memahami esensi dan prinsip arsitektur tradisional Jepang, Ando dapat dengan tepat menerjemahkan prinsip dan esensi itu ke dalam bentuk-bentuk baru, tanpa menghilangkan nilai dan makna aslinya.

TINJAUAN UMUM ARSITEKTUR TRADISIONAL JEPANG

Prinsip-prinsip dasar yang dapat ditemui pada sebagian besar obyek arsitektur tradisional Jepang adalah keseimbangan, kesederhanaan dan kedekatan dengan alam. Ketiga prinsip dasar ini berasal dari sistem kepercayaan (beliefs) asli masyarakat Jepang, yaitu Shinto. Selain itu, berkembang pula agama Budha yang lebih menekankan pada siklus kehidupan manusia menuju kesucian. Prinsip-prinsip yang terdapat di dalam kedua sistem kepercayaan ini membawa pengaruh yang besar kepada kebudayaan dan arsitektur tradisional Jepang.

Arsitektur Jepang juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari arsitektur kuil yang telah berkembang di China. Pengaruh ini terutama tampak jelas pada arsitektur rumah tinggal dan istana kerajaan pada abad VIII (Egenter, 2006). Salah satu pengaruh yang diperoleh dari arsitektur China adalah penggunaan struktur kolom-balok tradisional dengan kayu sebagai bahan konstruksi utama. Walaupun demikian, arsitektur Jepang juga memperlihatkan perbedaan-perbedaan dengan arsitektur China dalam banyak aspek penting. Perancangan rumah tinggal di China didasarkan pada pertimbangan terhadap strata sosial ekonomi keluarga yang mendiaminya. Sebaliknya, arsitektur rumah tinggal di Jepang lebih banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip kedekatan dengan alam. Perbedaan prinsip dasar ini menghasilkan perbedaan pula pada citra arsitektur yang ditampilkan. Secara garis besar, arsitektur China menunjukkan kemewahan dan kerumitan desain, sedangkan arsitektur Jepang lebih menonjolkan kesederhanaan dan kesatuan hubungan dengan alam.

Ketiga prinsip arsitektur Jepang –keseimbangan, kesederhanaan dan kedekatan dengan alam- diterapkan dalam setiap aspek perancangan arsitektur Jepang secara terpadu. Keseimbangan dan kesederhanaan merupakan dua prinsip yang sangat erat berkaitan dengan prinsip kedekatan dengan alam. Pertimbangan-pertimbangan keseimbangan dan kesederhanaan yang nampak dalam setiap obyek arsitektur, selalu didasarkan pada pertimbangan akan kelangsungan lingkungan hidup yang melingkupinya. Salah satu contohnya adalah penggunaan material alam, yaitu kayu, jerami dan bambu, baik sebagai bahan struktur maupun bahan selubung bangunan.

Lebih jauh, hubungan dengan alam juga terlihat pada adanya hubungan yang mengalir antara ruang dalam dan ruang luar. Hubungan ini dihasilkan melalui bukaan-bukaan yang lebar pada dindingnya, juga oleh material dinding yang hanya berupa lembaran kertas yang disebut ”washi” dan partisi geser semi transparan, disebut ”shoji”. Aliran pemandangan yang masuk ke ruang dalam ini menghasilkan interaksi yang intensif antara manusia dengan alam, walaupun mereka sedang berada di dalam ruangan. Tidak seperti arsitektur Barat yang memandang dunia manusia dan lingkungan alam sebagai dua hal yang terpisah, masyarakat tradisional Jepang memandang keduanya sebagai sebuah kesatuan (Heneghan, 1996).

Selain itu, terdapat sebuah teknik untuk menghadirkan pemandangan dari alam ke dalam ruangan, atau ke dalam halaman rumah tinggal mereka. Teknik ini disebut ”shakkei” atau ”meminjam pemandangan”. Pemandangan alam di luar dibingkai dan dijadikan latar belakang yang dapat menambah nilai estetis taman di halaman rumah. Dengan demikian, pemandangan bukit dan pepohonan yang semula tidak memiliki hubungan apa-apa dengan taman, kemudian memiliki arti yang lebih dari semata-mata ruang negatif (Gunadi, 1983).



precedent-2-rumah-jepang.jpg

Berkaitan dengan citra bangunan yang dihasilkan dari pertimbangan-pertimbangan atas faktor iklim, geografis dan sebagainya, arsitektur Jepang memiliki karakteristik yang juga dimiliki oleh sebagian besar arsitektur di wilayah kepulauan (arsitektur nusantara). Pada arsitektur nusantara, ekspresi bentuk (formal expression) bangunan terletak pada pengolahan atap sebagai kepala bangunan. Masing-masing daerah memiliki bentuk atap yang berbeda dan menjadi identitas arsitektur itu sendiri. Hal ini juga dapat dilihat pada arsitektur Jepang. Citra yang terbentuk pada arsitektur Jepang adalah sebuah arsitektur yang didominasi oleh atap sebagai kepala bangunan. Bentuk atap dengan kemiringan yang besar, selain berfungsi untuk menghindari penumpukan salju dan mengalirkan air hujan, ternyata telah pula menjadi salah satu ciri khusus arsitekturnya.

Lebih lanjut, salah satu karakteristik yang dapat pula ditemui pada arsitektur Jepang adalah adanya suatu bentuk arsitektur gerbang kayu yang unik. Gerbang yang terdapat di pintu masuk wilayah kuil disebut sebagai ”torii”. Gerbang ini berfungsi sebagai penanda adanya batas luar dan dalam, publik dan privat, serta duniawi dan ukhrawi. Walaupun desainnya sangat sederhana, skala gerbang yang monumental melambangkan kewibawaan dan kebesaran.

precedent-3-torii.jpg

Ciri khas lain pada arsitektur Jepang adalah penggunaan elemen tangga sebagai pembatas antara dua wilayah yang memiliki perbedaan makna. Hal ini banyak ditemui pada arsitektur istana dan kuilnya. Keberadaan tangga, selain disebabkan topografi wilayah yang berkontur, juga disebabkan penataan massa yang menempatkan bangunan-bangunan yang suci di bagian topografi yang teratas.

Senada dengan desain gerbang, tangga-tangga pada kuil juga menampakkan kesederhanaan dan kedekatan dengan alam. Salah satunya contohnya adalah penggunaan bahan-bahan yang berasal dari alam. Hal ini menunjukkan, bahwa prinsip-prinsip dasar perancangan arsitektur tradisional Jepang melebur ke dalam setiap elemen arsitekturalnya. Kesatuan ini melahirkan citra yang utuh, sehingga dapat dikenali sejak pertama kali seseorang melihat dan mengapresiasinya. Prinsip-prinsip ini pulalah yang benar-benar dipahami dan diterapkan oleh Tadao Ando dalam perancangan paviliun yang mewakili citra kebudayaan bangsa Jepang di mata internasional ini.

TADAO ANDO DAN PANDANGANNYA TERHADAP ARSITEKTUR TRADISIONAL JEPANG

Sebagai seorang arsitek Jepang yang menghabiskan masa remajanya untuk mengamati dan mengapresiasi karya seni tukang kayu, serta mempelajari karya-karya arsitektur Jepang dengan melihat dan mengalaminya sendiri, Tadao Ando memiliki pemahaman yang mendalam mengenai prinsip-prinsip dasar arsitektur tradisional Jepang. Ia memiliki kepedulian yang besar terhadap interaksi yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya. Baginya, arsitektur merupakan perantara yang menghubungkan manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan lingkungan alamnya. Alam bukanlah sekedar pelengkap dalam desainnya, bukan pula elemen dekoratif, melainkan merupakan sebuah komponen utama (Heneghan, 1996: 13-15). Prinsip Ando ini lahir dari interaksi yang panjang dengan tradisi dan kebudayaan Jepang.

Lebih jauh, perkembangan pemikiran Ando mengenai prinsip ini sampai pula pada kesimpulan, bahwa seiring dengan berubahnya peradaban dan kebudayaan, terjadi pula perubahan di lingkungan alam. Karenanya, pada masa sekarang, hubungan antara manusia dan lingkungan alamnya juga mau tidak mau ikut berubah. Dalam berarsitektur, tujuan Ando bukanlah untuk berinteraksi dengan alam seperti apa adanya, melainkan lebih kepada mencoba mengubah makna lingkungan alam melalui arsitektur. Menurutnya, material-material arsitektur tidak terbatas pada kayu atau beton yang memiliki bentuk-bentuk terukur. Lebih dari itu, cahaya dan angin termasuk pula di dalamnya dan turut berpengaruh pada perasaan manusia. (Heneghan, 1996: 15). Karya-karyanya merupakan perpaduan antara massa-massa dan bidang-bidang yang sederhana dengan permainan cahaya dan elemen-elemen alam. Kesederhanaan bentuk arsitektural menurutnya merupakan salah satu pendekatan pada prinsip kesatuan dengan alam di atas. Kesederhanaan bentuk ini memungkinkan hubungan arsitektur dengan alam terjadi melalui transformasi yang dihasilkan oleh pengolahan cahaya dan bayangan, serta kombinasi dinding dan bukaan. Karenanya, alam benar-benar meresap dalam bentukan-bentukan arsitekturalnya dan membentuk dialog yang kontinu dengan manusia di dalamnya.

Dalam jurnalnya yang berjudul Tadao Ando’s Architecture in the Light of Japanese Aesthetics, Erzen menyatakan bahwa arsitektur Tadao Ando menyatukan kualitas-kualitas estetika tradisional dengan cara yang benar-benar baru dan mengagumkan, dan menuntun pada filosofi tempat dan waktu (philosophy of time and place) dan filosofi keberadaan (philosophy of being). Lebih jauh, ia mempertahankan kualitas-kualitas yang dianggap penting dalam arsitektur Jepang, dari sudut pandang nostalgia yang terbatas. Kualitas-kualitas itu menjadi penting disebabkan kemampuan Ando untuk menghadirkan kualitas archetypal universal yang dapat dirasakan dan dimengerti setiap orang (Erzen, 2004: 3).

Pengembangan konsep hubungan manusia dengan alam inilah yang menyebabkan karya-karya Ando yang mendapat inspirasi dari kebudayaan dan arsitektur tradisional Jepang tidak serta merta mengadopsi bentuk-bentuk yang telah ada sebelumnya. Bentuk, prinsip dan nilai yang dikandung oleh preseden bagi Ando berfungsi sebagai salah satu bahan baku yang harus dikembangkan sesuai dengan konteks tempat dan waktu. Japanese Pavilion for Expo ’92 di Seville, Spanyol merupakan salah satu gambaran dari perhatian Ando yang besar terhadap tradisi dan kebudayaan Jepang dan bagaimana pemahaman atasnya dapat dieksplorasi dan dikembangkan menjadi sebuah desain yang sesuai dengan perkembangan jaman tanpa kehilangan nilai dan makna aslinya.

PENGEMBANGAN CITRA ARSITEKTURAL PRESEDEN PADA OBYEK STUDI KASUS

Sebagai representasi kebudayaan dan tradisi bangsa Jepang, Japanese Pavilion for Expo ’92 dirancang agar para pengamat dapat dengan mudah mengenali dan mengapresiasi obyek arsitektural ini berdasarkan pengalaman visualnya masing-masing tentang arsitektur Jepang. Pertimbangan mengenai beragamnya referensi pengamat tentang arsitektur Jepang membawa Ando untuk mengambil bentuk-bentuk paling sederhana yang dapat merepsentasikan arsitektur Jepang secara tepat. Walaupun begitu, bentuk ini tidak diterapkan mentah-mentah pada bangunan, melainkan melalui suatu proses kreatif yang dipengaruhi pula oleh pandangan Ando terhadap prinsip-prinsip dasar arsitektur Jepang.

Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, ekspresi bentuk (formal expression) arsitektur Jepang didominasi oleh bentukan-bentukan atap yang khas. Kemiringan yang curam pada atap-atap rumah tinggal tradisional di pedesaan di Jepang menghasilkan ekspresi bentuk arsitektur secara keseluruhan yang didominasi oleh atap. Ekspresi bentuk ini ditangkap dan dikembangkan oleh Ando menjadi representasi bentuk arsitektur Jepang pada paviliun ini. Dapat kita lihat bahwa bentuk bangunan secara keseluruhan merupakan dinding yang melengkung dan menjulang ke atas. Bentukan dinding ini melahirkan citra atap arsitektur tradisional Jepang. Bentuk atap jerami yang sederhana ditransformasikan pada dinding dengan pengembangan dalam perletakan, sistem konstruksi dan penggunaan material yang berbeda, namun tetap merepresentasikan citra atap khas arsitektur tradisional Jepang. Di sini dapat kita amati adanya loncatan kreativitas arsitek dalam mengembangkan preseden menjadi bentuk-bentuk arsitektural baru dengan citra yang tetap mewakili preseden itu sendiri.

Selain itu, ekspresi bentuk arsitektur tradisional Jepang ini juga diperoleh dari diterapkannya teknik ”shakkei” atau ”meminjam pemandangan” pada bangunan. Paviliun ini dirancang dengan lubang besar di tengah-tengahnya, membagi bangunan menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh jalur sirkulasi utama yang membentang dari luar bangunan. Lubang dengan ukuran monumental yang dibingkai dengan dinding dan atap bangunan ini menyuguhkan pemandangan yang terbentang jauh di balik paviliun ini. Penerapan teknik ”shakkei” pada bangunan ini sekaligus berfungsi sebagai penyeimbang dari kesan massif yang dihasilkan oleh dinding yang ditutupi oleh lapisan-lapisan papan. Perletakannya di tengah-tengah bangunan memperkuat kesan keseimbangan yang dibentuk oleh bidang-bidang dinding di kedua sisinya. Dengan demikian, penerapan teknik ”shakkei” pada obyek arsitektural ini tidak semata-mata mengadopsi tradisi arsitektural, melainkan berdasarkan pada pertimbangan fungsi dan estetika secara keseluruhan.

precedent-4-shakkei.jpg

Jika kita amati lebih jauh, pada bangunan ini terpancar pula citra kewibawaan bangsa Jepang yang biasanya dapat kita lihat pada arsitektur istana dan bentengnya. Kesan ini diangkat oleh Ando dalam desainnya untuk menunjukkan kedudukan Jepang sebagai salah satu negara maju di dunia internasional. Citra kewibawaan ini ditampilkan melalui dimensi bangunan yang monumental dan desainnya yang semi-simetris. Selain itu, terdapat pula elemen tangga dan ”torii” pada arsitektur kuil Jepang yang biasa digunakan untuk memunculkan kesan suci, penting dan besar.

Pada paviliun ini, Ando mentransformasi tangga menjadi sebuah jembatan-tangga melengkung dengan ukuran yang monumental. Esensi yang ditangkap oleh Ando adalah kesan kewibawaan yang muncul sebenarnya disebabkan oleh adanya perbedaan elevasi. Perbedaan elevasilah yang menyebabkan manusia memandang sesuatu lebih tinggi, suci dan berwibawa. Lebih jauh, jembatan kayu ini juga merupakan simbol peralihan dari era tradisional menjadi era modern dalam peradaban Jepang, tanpa meninggalkan nilai-nilai positif yang dimilikinya.

Tidak seperti sebagian besar karya Ando yang lain, material yang digunakan pada bangunan ini didominasi oleh penggunaan kayu, baik sebagai bahan struktur maupun sebagai bahan selubung bangunan. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh pertimbangan akan struktur bangunan tradisional Jepang, yaitu struktur kolom dan balok, yang berasal dari karakteristik material pembentuknya, yaitu kayu (Norman, 1995: 62). Selain itu, bahan kayu merepresentasikan kedekatan dengan alam, karena bahan ini merupakan bahan yang berasal dari alam dan hanya mengalami sedikit perubahan dari karakter aslinya. Kayu bagi bangsa Jepang lebih dari sekedar material bangunan. Kayu memiliki nilai yang tinggi, terutama dalam hubungannya dengan alam dan dengan warna dan tekstur yang dimilikinya (Charleson, 2006: 1). Walaupun kayu bukanlah material favorit Ando dalam karya-karyanya, namun pengetahuan dan pemahamannya akan material ini yang diperoleh dari interaksi intensifnya dengan para pengrajin kayu tradisional Jepang membuatnya mampu menerapkan material ini secara tepat pada bangunan ini.

precedent-5-kayu.jpg

Pertimbangan lain dalam penggunaan material kayu dalam bangunan ini bisa jadi dikarenakan kesederhanaan dan kenetralan citra yang ditampilkannya sebagai permukaan dan sebagai bahan struktur, suatu sifat yang juga terdapat pada beton yang sering digunakan Ando. Kesederhanaan dan kenetralan ini memungkinkan Ando menampilkan permainan cahaya dan bayangan, serta kombinasi gelap dan terang, seperti karya-karya Ando lainnya. Cara ini menurutnya, merupakan suatu jalan bagi manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan alam yang melingkupi arsitektur. Manusia diajak untuk ikut merasakan perubahan-perubahan yang terjadi di alam dari waktu ke waktu, walaupun sedang berada di dalam ruang. Eksplorasi yang dilakukan Ando terhadap cahaya pada setiap karyanya, sesungguhnya merupakan pengembangan dari konsep unity atau kesatuan yang terdapat pada arsitektur tradisional Jepang. Telah diterangkan sebelumnya, bahwa berbeda dengan cara pandang Barat yang memandang entitas manusia dan alam sebagai dua hal yang terpisah, kebudayaan Jepang memandang manusia dan alam bukan sebagai dua hal yang terpisah, melainkan selalu berada dalam hubungan yang saling membutuhkan. Perubahan yang terjadi pada salah satunya akan menyebabkan pula perubahan pada yang lainnya. Hal ini pula yang menurut Ando menyebabkan hubungan antara keduanya menjadi dinamis.

precedent-6-cahaya.jpg



Dari penjelasan panjang di atas dapat kita simpulkan bahwa kreativitas Ando turut bermain dalam mengembangkan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh presedennya, untuk kemudian menghasilkan suatu kualitas baru dalam desainnya. Sesuai dengan tujuan perancangan paviliun ini, Ando berhasil menunjukkan kepada masyarakat internasional estetika tradisional Jepang dengan cara yang baru, sesuai dengan konteks waktu dan tempat.



DAFTAR PUSTAKA

Antoniades, Anthony C. 1990. Poetics of Architecture, Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold

Charleson, Andrew. 2006. Developments in Japanese Timber Architecture dalam Issue 4 Volume 6 11 NZ TIMBER DESIGN JOURNAL. http://www.timberdesign.org.nz/files/DevelopmentsInJapaneseTimber.PDF diakses tanggal 22 Oktober 2006.

Crowe, Norman. 1995. Nature and the Idea of a Man-Made World. Cambridge: The MIT Press

Egenter, Nold. 2006. The Japanese House. Or, Why the Western Architect Has Difficulties to Understand It. http://home.worldcom.ch/negenter/410JapHouseTxE1.html diakses tanggal 26 Oktober 2006.

Erzen, Jale Nejdet. 2004. Tadao Ando’s Architecture in the Light of Japanese Aesthetics dalam METU JFA 2004/1-2. http://www.jfa.arch.metu.edu.tr/archieve/0258-5316/2004/city21/sayi_1-2/67-80.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2006

Frampton, Kenneth. 1995. Thoughts on Tadao Ando dalam Proceedings At Award Ceremony At Versailles 1995. http://www.pritzkerprize.com/andocere.htm diakses tanggal 22 Oktober 2006.

Gunadi, Sugeng. 1983. Merancang Ruang Luar terjemahan dari Exterior Design in Architecture oleh Yoshinobu Ashihara. Surabaya: PT. Dian Surya

Heneghan, Tom. 1996. Architecture and Ethics dalam Tadao Ando, The Colours of Light. London: Phaidon Press Limited

http://en.wikipedia.org/wiki/Japanese_architecture diakses tanggal 26 Oktober 2006.

http://encyclopedia.farlex.com/Ando%2c+Tadao diakses tanggal 22 Oktober 2006.

Microsoft. 2005. Japanese Architecture. Microsoft® Encarta® Reference Library Premium 2005. ©1993-2004 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Minggu, 16 Mei 2010

Peran Konsultan Arsitek Membangun Rumah

Peran Konsultan Arsitek Membangun Rumah

Apakah sebuah rumah perlu didesain oleh Architecture Consultant? Bagaimana kalau rumah murah, masih perlukah peran arsitek? Apakah dengan peran Consultant arsitek akan membuat investasi biaya konstruksi rumah lebih menguntungkan daripada membangun tanpa arsitek?

Membangun atau merenovasi (Art Architecture) rumah tinggal tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar sesuai dengan konteks kemampuan masing-masing pemiliknya.

Sehingga boleh dibilang, rumah tinggal merupakan kebutuhan dasar namun juga barang mewah. Setiap orang akan sangat berhati-hati dalam membeli barang mewah karena mempertaruhkan nilai uang yang cukup besar. Belum lagi rumah tinggal merupakan harta milik yang akan dinikmati atau dipakai sendiri dalam waktu yang cukup lama. Seperti apa kondisi rumah kita, begitu juga yang akan dirasakan tubuh kita secara fisik maupun psikologis.

Sebenarnya rumah merupakan sebuah tempat berlindung yang pribadi, jadi cukup ada lantai, dinding, dan atap maka jadilah sebuah tempat tinggal.

Proses merumah tanpa peran Architecture Consultant yang tepat akan menjadi investasi yang sangat mahal dan beresiko tinggi. Mungkin dapat diilustrasikan seperti membawa mobil mercedes terbaru ke bengkel kecil yang tidak resmi dan tidak dikenal. Sama dengan mempertaruhkan nilai yang sangat besar kepada orang yang tidak terpercaya. Padahal arsitek yang tepat dapat berperan untuk membantu pemilik rumah mewujudkan rumah tinggalnya sesuai dengan biaya yang dianggarkan.

Biaya yang sama yang dikeluarkan untuk membangun rumah tanpa Consultant arsitek akan dapat menghasilkan rumah yang jauh lebih bernilai dan bermakna bila dibantu oleh arsitek. Demikian juga untuk rumah dengan biaya terbatas, kompleksitas keterbatasan lahan dan dana dengan kebutuhan yang cukup banyak, semakin membutuhkan peran arsitek (Art Architecture) untuk mendesain rumahnya dengan penataan ruang dan pemilihan material yang efisien dan esensial namun tetap memiliki kualitas ruang yang baik. Karena indah tidak harus sama dengan mahal dan mewah, biaya rendah tidak berarti bernilai rendah.

Perkembangan dunia Architectureyang sangat pesat akhir-akhir ini, sebenarnya sudah menghilangkan batas-batas tipologi bangunan. Bahwa sebuah fungsi bangunan tertentu dapat dilihat dari ciri-ciri bentukan kulit bangunannya tidak lagi populer. Rumah, kantor, toko, galeri, atau kafe misalnya dapat saja memiliki kemiripan karakter bentuk dan tampaknya (Architecture Service).

Dengan demikian desain sebuah Architecture rumah memiliki kesempatan untuk berkembang lebih luas. Tidak ada lagi batasan-batasan bahwa rumah tinggal harus terlihat seperti sebuah ‘rumah tinggal’ pada umumnya. Masing-masing rumah dapat memilih kesukaan tampilannya masing-masing sesuai keberadaan ruangnya. Jadi arsitek memiliki ruang gerak kreatif yang sangat luas untuk berkarya membentuk ruang-ruang dengan kualitas dan pengalaman yang kaya.

Jadi, masih beranikah merumah memakai kontraktor desain gratis yang tidak tahu siapa arsiteknya atau tanpa arsitek (Architecture Service) sama sekali?

diarkitek.com

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang

Filed under: arsitek bangunan, arsitek jakarta, arsitek rumah, arsitek rumah minimalis, arsitek rumah tinggal, desain arsitek, gambar arsitek rumah, jasa arsitek, model arsitektur, peran arsitek

Perbandingan Tinggal di Apartemen & Kontrak Rumah

Perbandingan Tinggal di Apartemen & Kontrak Rumah

Apartemen adalah salah satu pilihan tempat tinggal bagi orang-orang dengan ekonomi menengah ke atas dengan penghasilan yang cukup besar. Bagi orang yang penghasilannya tinggi mungkin biaya-biaya tinggal di apartemen bukan suatu masalah dibandingkan dengan kenyamanan dan akses yang cepat. Apartemen memberikan keamanan yang cukup tinggi dibandingkan dengan tinggal di rumah biasa, lokasi strategis, dan menghemat banyak waktu untuk perjalanan dari dan ke kantor. Namun bagi orang yang punya penghasilan yang biasa-biasa saja anda harus waspada jangan sampai menyesal di kemudian hari setelah membeli atau menyewa apartemen.

Mungkin harga
apartemen yang murah belum menjamin ke depannya bakal selalu murah biaya-biayanya. Justru itu bisa menjadi strategi pengelola untuk mengeruk keuntungan lebih dari penghuni apartemen. Pengelola apartment umumnya akan mengenakan biaya perawatan gedung, biaya kebersihan, biaya keamanan, biaya parkir, perawatan taman, dan lain sebagainya. Biasanya dikenakan kepada penghuni berdasarkan besar kecil unit apartemen penthouse yang ditempati yakni umumnya sekitar 10 sampai 30 ribu rupiah per meter persegi.


Belum lagi biaya tambahan lain seperti biaya renovasi, biaya fasilitas tambahan, biaya laundry, biaya dan tarif abonemen air dan listrik yang lebih tinggi, biaya pasang ac, serta biaya-biaya lain diluar biaya rutin. Dengan iuran rutin yang ada dan jumlahnya bisa mencapai jutaan rupiah pertahun seolah-olah kita ngontrak dan bayar kontrakan di rumah sendiri.


Untuk itu hati-hatilah dalam memilih
apartemen untuk tempat tinggal permanen. Pengelola yang tidak tanggap, lalai memenuhi kewajiban melayani penghuni apartment, mata duitan, mengitimidasi yang menentang dan tidak bayar iuran tagihan rutin, dan lain sebagainya. Salah pilih apartment penthouse dengan pengelola yang tidak cakap bisa menurunkan nilai investasi serta mengurangi kenyamanan hidup pada apartemen kita sendiri. Bagi yang suka hidup irit dan hemat akan pengeluaran, rumah mungkin jadi pilihan yang terbaik.


http://organisasi.org

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang

Filed under: apartment building, apartment layout, hotel apartment, house apartment, interior apartment, marketing apartment, modern apartment, rental apartment, small apartment, studio apartment

Perhatikan Ukuran Perabot Rumah Anda

Perhatikan Ukuran Perabot Rumah Anda

Anda kebingungan memilih interior furniture set untuk rumah Andai? Mungkin karena Anda belum mengenal karakter rumah mungil dengan baik. Karena meski Anda punya rumah yang kecil, Anda tetap bisa menata tiap ruangan kamar set sesuai dengan selera sekaligus terlihat menarik. Dan memilih desain furniture yang tepat adalah kunci utama untuk membuat ruangan kecil tidak menjadi sesak dan sumpek. Berikut adalah tips untuk memilih desain interior furniture seperti lemari kamar di rumah mungil Anda.

UKURAN FURNITURE
- Ukuran yang Anda pilih untuk perabot rumah dari furniture gallery akan mempengaruhi keserasian rumah Anda secara keselurahan. Bayangkan jika rumah mungil Anda dipenuhi dengan perabot furniture set ‘raksasa’ dari interior furniture gallery yang salah. Tapi bukan berarti Anda harus membeli semua perabot interior furniture dalam ukuran mini.

- Perabot kecil dalam design dapur, seperti lemari dapur bisa memberikan efek kelegaan pada ruangan mini. Untuk ruang tamu mungil, gunakan interior furniture yang Anda perlukan saja. Tempatkan satu sofa berukuran sedang (2 tempat duduk), satu sofa kecil (1 tempat duduk) dan meja. Kalau masih tersisa ruang, Anda bisa menambahkan meja sudut. Ingatlah, jangan menggunakan desain furniture sofa berukuran besar, karena sofa yang terlalu besar akan membuat ruang menjadi sempit dan sesak.

- Untuk menciptakan gaya lemari kamar yang sedikit berbeda, cobalah untuk mengkombinasikan dua sofa yang berbeda. Bisa saja berbeda bentuk, desain interior furniture atau warna, tapi pastikan Anda menemukan ‘benang merah’ di antara keduanya. Dengan begini, Anda tetap bisa mengekspresikan selera Anda pada perabot kamar set rumah dari furniture gallery meski dengan ruang yang terbatas.

SIMPLE FURNITURE
- Sangat disarankan untuk memilih furniture dari interior furniture gallery yang ringan dan sederhana. Perabot Anda yang berpenampilan solid dan banyak detil, hanya akan menambah kesan berat dan penuh dalam interior ruangan tersebut. Anda bisa memilih rak-rak dinding dengan finishing warna cerah daripada lemari kayu berpintu dengan dark finishing. Atau daripada menggunakan meja dari kayu, lebih baik Anda memakai meja dengan permukaan kaca. Material seperti kaca dan akrilik yang tembus pandang akan menimbulkan kesan ringan pada suatu ruangan.

- Carilah furniture yang tipis dan berbentuk rangka. Untuk rak tv, pilih yang berkaki dan jangan dengan bentuk tertutup. Demikian juga untuk sofa, ruangan dengan sofa bermotif bunga besar-besar akan terasa lebih sempit dibandingkan dengan ruangan yang sama dengan sofa polos berwarna lembut.

http://furnituremebel.com/

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang

Filed under: dining furniture, fine furniture, furniture design, furniture store, furniture style, home furniture, home interior, house interior, modern furniture, room furniture

Apartemen dengan Return On Investment (ROI) yang Tinggi di Jakarta

Apartemen dengan Return On Investment (ROI) yang Tinggi di Jakarta

Investasi apartment/apartemen Jakarta yang terlalu mahal, dan di lokasi itu banyak tersedia unit membuat konsumen akan lama mengalami pengembalian. Jika demikian, bagaimana semestinya memilih apartemen yang baik? Setidaknya ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah apartemen tersebut harus berada dalam satu kawasan yang menyediakan kualitas hunian yang sehat dan berkualitas jika motif Anda untuk tinggal.

Bila apartemen Jakarta dijadikan sebagai objek investasi apakah itu nantinya
sewa apartemen atau jual apartemen, proyek tersebut harus dapat berkembang. Karena itu, pilihlah apartemen Jakarta di lokasi yang tanahnya telah terbatas, nilai sudah tinggi, potensi permintaan masih banyak, dan tidak memiliki pasokan apartemen yang banyak. Selain itu, apartemen Jakarta juga harus berada di pusat permintaan pasar sewa yang tinggi daerah Sudirman (apartemen Sudirman), Semanggi, Casablanca sebagai jaminan investasi Anda yang memang berada di pusat perkantoran.


Konsep apartemen Jakarta adalah untuk memberikan efisiensi waktu tempuh ke tempat kerja, maka harus mempunyai aksesibilitas yang baik. Fasilitas seharusnya disesuaikan kebutuhan Anda. Tidak usah mewah yang berakibat harga menjadi sangat mahal. Bila motif Anda untuk investasi, carilah yang mempunyai nilai investasi tinggi, salah satunya dengan mengamati pasar sewa.


Anda mungkin dapat survei langsung ke lokasi sekitar mengamati seberapa tinggi nilai sewa yang ada. Umumnya tingkat penerimaan sewa dilihat berdasarkan yield (nilai sewa bersih per tahun dibagi dengan nilai jual). Untuk apartemen Jakarta yang posisinya di CBD berkisar antara 9-11% dari nilai jual. Bisa langsung berkunjung ke
apartemen Sudirman, apartemen Rasuna, dll. Anda dapat menghitung-hitung sendiri. Jangan sampai lagi konsumen dibuat trauma. Seharusnya saat inilah saat yang tepat untuk berinvestasi di subsektor apartemen khususnya Jakarta dengan asumsi Anda menemukan lokasi dan proyek yang tepat. Selamat memilih!


www.wikimu.com

Dukung Kampanye
Stop Dreaming Start Action Sekarang

Filed under: alamat apartemen, apartemen jakarta, bangunan apartemen, fasilitas apartemen, harga apartemen, investasi apartemen, jual apartemen, kamar apartemen, lokasi apartemen, sewa apartemen

Perkembangan Bisnis Real Estate dan Property di Bali

Perkembangan Bisnis Real Estate dan Property di Bali

Diakuinya, Bali saat ini sudah dipenuhi pembangunan apartemen (Bali Real Estate). Ia menyebut pemain lainnya, misalnya, Grand Kuta Apartment, Bali Nirwana Resort (BNR) milik Bakrie dan St Regis, diperkirakan apartemen (Bali Real Estate) yang ditawarkan mencapai 2.000 unit hingga akhir 2008. Meskipun begitu, menurutnya, penawaran itu belum menjadikan persaingan sangat ketat, sebab pangsa pasar yang disasar pun cukup beragam. Putu, misalnya, mematok harga berkisar Rp 10-12,5 juta/m2, sedangkan di BNR Rp 15-20 juta/m2.

Haryanto, pembeli apartemen (Real Estate Bali) di Nikki Residence, mengatakan, dirinya tertarik membeli apartemen itu karena berada di pusat kota di Kuta, dan operatornya Aston (Bali Real Estate Agents) yang sudah teruji. “Intinya, saya ingin berinvestasi, tapi tidak merepotkan karena ada yang mengurus,” ia menyimpulkan. Tak tanggung-tanggung, di Nikki, Hari – nama panggilan Haryanto – membeli empat unit dengan harga masing-masing Rp 600 juta/unit. Skema pembayarannya pun menarik. Selain menggunakan kredit kepemilikan apartemen (Bali Real Estate For Sale) dari bank dan bayar tunai, manajemen Nikki juga menawarkan skema pembayaran 50% tunai dan sisanya diangsur dari hasil penyewaan kamar.

Nah, Hari memilih cara ketiga. Pada saat awal, ia membayar sekitar Rp 1,2 miliar dan sisanya Rp 1,2 miliar akan dibayar dari hasil penyewaan selama 10 tahun. Harga sewa per unit adalah Rp 500-750 ribu/malam, sekelas hotel bintang empat. Biasanya apartemen jenis ini disewa kalangan bule untuk jangka panjang. Memang, selama 10 tahun ke depan tidak ada uang yang masuk ke kantong Hari. Akan tetapi, jangan salah, harga kondotel (Real Estate) ini terus naik. “Saat beli November 2007 harga Rp 600 juta per unit, saat ini sudah Rp 720 juta per unit,” ujarnya senang. Pengusaha asal Jakarta ini pun berencana, kalau dalam dua-tiga tahun sudah mencapai di atas Rp 1 miliar, ia siap menjual apartemen atau Real Estatenya itu.

Alasan ini juga yang mendasari Kadek Suyasa Jaya dan H. Mohamad Raif untuk membeli apartemen Nikki. Selain dari hasil penyewaan (Real Estate Bali) yang menguntungkan, para pemilik mempunyai opsi dapat memakai apartemen itu beberapa hari dalam satu tahun. Lokasi yang strategis (Real Estate For Sale) dipakai alasan Raif – yang juga pedagang antarpulau – sebagai pertimbangan saat memutuskan bergabung di Nikki. Raif berencana hendak memanfaatkan kondotelnya saat harus menjamu rekan-rekan bisnisnya yang berkunjung ke Bali. Sebagai investasi, “Nikki cukup menggiurkan dibanding apartemen (Real Estate For Sale) yang dibangun pengembang lain,” kata Raif. Makanya, ia berencana hendak menambah unitnya lagi bila ada pembangunan Nikki tahap kedua, atau mencari lokasi lain yang dianggap lebih menguntungkan.

Intan Aprilia, konsultan dan agen properti (Bali Real Estate Agents)yang sering menangani klien orang Indonesia dan asing di Bali, memetakan karakter investor terutama orang asing. Menurutnya, orang asing akan suka tinggal di Bali di tempat-tempat yang juga banyak warga atau komunitas asingnya. Seperti para pekerja asing yang tinggal di Bali, mereka akan cenderung memilih daerah Seminyak ke arah Tabanan, karena di kawasan ini banyak klub dan ada sekolah internasional, plus hamparan pantainya yang memikat. Dan, untuk kelas elitenya, mereka lebih memilih di Jimbaran. Sementara orang asing yang suka dengan nuansa pegunungan akan memilih daerah Ubud. “Selain kondotel, vila (Sewa Villa di Bali ) atau town house juga jadi pilihan menarik untuk investasi,” tutur pemilik Global Intan Service ini.


gispasia.com

Dukung Kampanye Stop Dreaming Start Action Sekarang

Filed under: apartemen bali, bali real estate, bali real estate agents, investasi apartemen, investasi property bali, investasi real estate, properti bali, property bali, real estate bali, villa bali